Apakah Nabi Isa Masih Hidup dan Akan Turun Ke Bumi?
Apakah Nabi Isa Masih Hidup dan Akan Turun Ke Bumi?
Sampai saat ini kontroversi tentang hidup-matinya dan kemungkinan akan turunnya ke bumi masih menjadi perbincangan yang hangat. Saya pribadi, termasuk orang yang berpendapat bahwa “Nabi Isa a.s. telah wafat dan dan oleh karenanya tidak akan pernah turun ke bumi“.
Pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat, merujuk pada penafsiran al-Quran, sebagaimana firman-Nya:
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَالَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُواإِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ۖ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُبَيْنَكُمْ فِيمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
“(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya". (QS Âli ‘Imrân/3:55).
مَا قُلْتُلَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۚ وَكُنتُعَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَّا دُمْتُ فِيهِمْ ۖ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنتَأَنتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنتَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu, 'sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.' Dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau Maha Menyaksikan segala sesuatu." (QS al-Mâidah/5: 117)
Berkaitan dengan QSal-Mâidah/5: 117, maka timbul penafsiran kata tawaffaitanî, tawaffâ, yatawaffâ, mutawaffî, yang artinya 'mematikan, mencabut nyawa atau mewafatkan'. Pengertian ini tentu saja berlaku untuk seluruh ayat yang berkaitan dengan kata tawafâ. Sehingga QS Âli ‘Imrân/3: 55 di atas harus dipahami secara ‘yaqin', dan tidak perlu ditakwilkan lagi, bahwa Allah telah mewafatkan, mematikan, atau mencabut nyawa Nabi Isa a.s..
Kata tawaffâ berasal dari kata kerja wafaya (wau-fa’-ya’) memunyai arti: “melunasi,menyelesaikan, menyempurnakan, wafat' (mati)”. Akar kata wafat (mati) sangat dekat dengan akar kata wifâ', yang artinya, 'penyempurnaan atau pelunasan'. Sehingga dua kata itu merujuk pada sesuatu tugas yang sempurna atau telah selesai, atau seseorang yang telah selesai menjalani hidupnya, atau dengan kata lain: “mati”. Apabila kata wafaya tersebut ditambah huruf ta’ dan fa’, yaitu tawaffaya, memberikan arti 'sangat bersungguh-sungguh'. Dan bila kata tawaffâ dihubungkan dengan firman Allah dalam QS al-Mâidah/5: 117, maka kata itu memberikan arti yang pasti, bahwa, "...Engkau wafatkan (angkat) aku..."
Dengan pembahasan kata tersebut sampailah ‘kita’ pada kesimpulan bahwa kata muttawafîka dalam QS Âli ‘Imrân/3: 55, bermakna: “Allah sungguh-sungguh (benarlah) akan mewafatkan engkau (Nabi Isa)”. Hal ini tidak dapat ditakwilkan (ditafsirkan lain), kecuali dengan makna yang yang tegas: “Allah akan mewafatkan Nabi Isaa.s.”. Apabila kata tersebut ditafsirkan lagi dengan ayat yang lain, maka akan didapatkan pengertian yang sama pada ayat-ayat al-Quran sebagai berikut:
وَاللَّاتِي يَأْتِينَ الْفَاحِشَةَ مِن نِّسَائِكُمْ فَاسْتَشْهِدُوا عَلَيْهِنَّ أَرْبَعَةًمِّنكُمْ ۖ فَإِنشَهِدُوا فَأَمْسِكُوهُنَّ فِي الْبُيُوتِ حَتَّىٰ يَتَوَفَّاهُنَّالْمَوْتُ أَوْ يَجْعَلَ اللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلًا
“Dan(terhadap) Para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi di antara kamu (yang menyaksikannya). kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya.” (QS an-Nisâ'/4: 15)
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَكُنتُمْ ۖ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ ۚ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِوَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا ۚ فَأُولَـٰئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَسَاءَتْمَصِيرًا
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya: "Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab:"Adalah Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan ahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS an-Nisâ’/4: 97)
وَلَوْ تَرَىٰ إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا ۙ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَوُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
“Kalau kamu melihat ketika para Malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri).” (QS al-Anfâl/8: 50)
Dan masih banyak lagi kata atau ungkapan tawaffâ dalam ayat-ayat al-Quran yang keseluruhannya memberikan makna 'mewafatkan, mencabut nyawa', dan semakna dengannya.
Apabila seluruh katatawaffâ dalam ayat-ayat yang disebutkan tersebut menunjukkan arti" mewafatkan dan mematikan", lantas atas dasar apa kita meragukanbahwa Nabi Isa a.s. telah diwafatkan (mati). Oleh karena itu, tidak dapat ditafsirkan lain bahwa Nabi Isa – misalnya -- ‘tidur’, ‘istirahat’, dan yang semakna dengannya.
Kata “Rafi'a”
Kata رَافِعُكَ (mengangkatmu) sebagaimana terdapat dalam QS Âli ‘Imrân/3: 55, tidak dapat ditafsirkan: “mengangkat Nabi Isa a.s. ke langit”, karena tidak didukung oleh ayat-ayat lain yang memerkuat argumentasi bahwa kata râfi'uka menisbatkan kepada naiknya Nabi Isa a.s. ke langit dan kemudian hidup, tidur, atau istirahat di sana.
Kata رَافِعٌ adalah isim fa'il atau pelaku yang berasal dari kata kerja rafa'a (telah mengangkat), dan bentuk rafa'a dengan segala bentukannya yang disebutkan di dalam al-Quran menunjukkan pada sebuah makna 'meningkatkan derajat, mengungguli, dan mengatasi', sebagaimana disebut di dalam al-Quran sebagai berikut :
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۘ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ اللَّهُ ۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْدَرَجَاتٍ ۚ وَآتَيْنَاعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ ۗ وَلَوْ شَاءَاللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِن بَعْدِهِم مِّن بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُالْبَيِّنَاتُ وَلَـٰكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُم مَّنْ آمَنَ وَمِنْهُم مَّنكَفَرَ ۚ وَلَوْ شَاءَاللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَـٰكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ
“Rasul-rasulitu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya [wa rafa'a ba'dhuhum] beberapad erajat [darajâtin]. Dan Kami berikankepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat Dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah Rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (QS al-Baqarah/2: 253 ).
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍدَرَجَاتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِوَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan Dialahyang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagiankamu atas sebahagian [wa rafa'a ba'dhukum fawqa ba'dhin] -- yang lain-- beberapa derajat [darajâtin], untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al-An'âm/6:165).
Selanjutnya kata-kata rafa'a yang berarti 'mengangkat derajat', sebagaimana terdapat di dalam Al-Quran, terdapat pula pada ayat-ayat al-Quran yang lain: "warafa'nâ" (QS az-Zukhruf/43:32); "wa rafa'nÎ" (QS Alam Nasyrah/94: 4); "yarfa'u" (QS al-Mujâdilah/58:11); dan "narfa'u" (QS Yûsuf/12: 76).
Dari uraian tadi dapat disimpulkan, sebagai berikut:
Nabi Isa a.s. telah diwafatkan oleh Allah Subhânahu wa Ta'âlâ sesuai dengan “sunnatullah” yang tidak mungkin akan berubah selama-lamanya (QSal-Ahzâb/33: 62). Nabi Isa a.s. telah wafat dan diangkat derajatnya oleh Allah. Dan tentang wafatnya Nabi Isa, sesuai pula dengan “sunatullah”, bahwa segala benda yang bernyawa pasti akan menemui kematian.
Al-Quran tidak pernah menyebutkan secara zhahir (tekstual), muhkamât maupun mutasyâbihât, apakah Nabi Isa a.s. masih hidup dan apakah sampai saat ini masih berada di langit? Lalu apakah setelah itu, ia akan turun kembali ke bumi untuk ‘membasmi’ Dajjal. Padahal, tidak ada satu kata pun di dalam ayat-ayat al-Quran yang menyebut nama ‘Dajjal’. Dengan demikian, hal ini memerkuat argumentasi bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat, dan tidak akan turun ke bumi dan tidak akan membunuh Dajjal.
Kiamat akan segera tiba setelah turunnya Nabi Isa a.s. yang akan memberantas Dajjal, kemudian memersatukan umat manusia serta menjadikan semuanya beragama Islam dan menjadi imam shalat, tentunya berita ini merupakan berita besar yang mustahil ‘luput’ dari uraian al-Quran.
Mengingat turunnya Nabi Isa a.s. dan datangnya Dajjal tidak disebutkan di dalam al-Quran, maka tidak menyebabkan berdosa apabila kita tidak mengimaninya. Lagi pula, ‘Rukun Iman’ yang telah diakui (disepakti dengan ‘ijma’) seluruh ulama sejak dahulu hingag sekarang tidak mencantumkan hal ini.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Hadits-hadits tentang Nabi Isa a.s. dan Dajjal
Argumentasi yang berdasarkan pada al-Quran mengatakan bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat dan tidakakan turun lagi ke bumi untuk memberantas Dajjal. Tentu hal itu tidak berdasarkan dalil hadits, walupun hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim,dan yang lainnya.
Bagi mereka yang menyangkal hadits tersebut didasarkan bahwa berita-berita yang diriwayatkannya bertentangan (kontradiktif) satu sama lain, karena mereka mendasari itu terhadap alasan-alasan berikut :
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيكُمْ وَإِمَامُكُمْمِنْكُمْ.
”Bagaimana keadaanmu jika telah diturunkan (’Isa) Ibni Maryam padamu sedangkan imam/pemimpinmu adalah orang yang berasal darimu sendiri” [HR. Al-Bukhari no. 3449 dan Muslim no. 155].
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Telah bersabda Rasulullah s.a.w.:
وَاللَّهِ لَيَنْزِلَنَّ ابْنُ مَرْيَمَحَكَمًا عَادِلاً فَلَيَكْسِرَنَّ الصَّلِيبَ وَلَيَقْتُلَنَّ الْخِنْزِيرَ وَلَيَضَعَنَّالْجِزْيَةَ...
”Demi Allah, Sungguh (’Isa) Ibni Maryam akan turun sebagai hakim yang’ adil, lalu ia akan mematahkan salib, membunuh babi, dan membebaskan jizyah...” [HR. Muslim no. 155].
Dari Nawwas bin Sam’an radliyallaahu ’anhu ia berkata ketikamenyebutkan fitnah di akhir jaman : Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallambersabda:
... فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَاللَّهُ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ فَيَنْزِلُ عِنْدَ الْمَنَارَةِ الْبَيْضَاءِ شَرْقِىَّدِمَشْقَ بَيْنَ مَهْرُودَتَيْنِ وَاضِعًا كَفَّيْهِ عَلَى أَجْنِحَةِ مَلَكَيْنِ إِذَاطَأْطَأَ رَأَسَهُ قَطَرَ وَإِذَا رَفَعَهُ تَحَدَّرَ مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤْلُؤِفَلاَ يَحِلُّ لِكَافِرٍ يَجِدُ رِيحَ نَفَسِهِ إِلاَّ مَاتَ...
”....Sementara ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah mengutusAl-Masih bin Maryam. Ia turun di menara putih di sebelah timur Damaskus,menggunakan dua potong pakaian warna kekuning-kuningan dan kedua tangannya berpegang pada sayap dua malaikat. Bila ia menganggukkan kepalanya meneteskan air, dan bila ia mengangangkatnya turunlah darinya butir-butir air bagaikan mutiara. Setiap orang kafir yang mencium baunya pasti mati....” [HR. Muslim no. 2937, Ahmad 4/181 no. 17666, Abu Dawud no. 4321, danyang lainnya].
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radliyallaahu ‘anhuma, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِى أُمَّتِىفَيَمْكُثُ أَرْبَعِينَ - لاَ أَدْرِى أَرْبَعِينَ يَوْمًا أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًاأَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا - فَيَبْعَثُ اللَّهُ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ كَأَنَّهُ عُرْوَةُبْنُ مَسْعُودٍ فَيَطْلُبُهُ فَيُهْلِكُهُ ثُمَّ يَمْكُثُ النَّاسُ سَبْعَ سِنِينَلَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ...
“Dajjal akan keluar di tengah umatku dan tinggal selama empat puluh. (Perawi berkata : “Aku tidak tahu apakah empat puluh hari, empat puluh bulan, atau empat puluh tahun”). Kemudian Allah mengutus ‘Isa bin Maryam yang mirip dengan ‘Urwah bin Mas’ud, lalu ia mencarinya (Dajjal) dan membunuhnya. Kemudian manusia hidup selama tujuhpuluh tahun tanpa permusuhan satu dengan yang lainnya...” [HR. Muslim no. 2940 dan Ahmad 2/166 no.6555].
Dari Samurah bin Jundub radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu‘alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:
ثُمَّ يَجِيءُ عِيسَى بن مَرْيَمَ مِنْقِبَلِ الْمَغْرِبِ مُصَدِّقًا بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ...
"Kemudian ‘Isa bin Maryam ‘alaihimas-salaam datang dari arah barat untuk membenarkan Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam…” [HR. Ahmad 5/13 no. 20163. Berkata Hamzah Az-Zain (15/135) : “Isnadnya shahih”].
Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Daud dari Abu Hurairah r.a. disebutkan:
...فَيَمْكُثُ فِى الأَرْضِ أَرْبَعِينَ سَنَةً ثُمَّ يُتَوَفَّى فَيُصَلِّىعَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ
"…Isa menetapdi bumi empat puluh tahun lamanya, kemudian ia pun wafat, maka kaum muslimin pun melakukan shalat untuknya ..." (HR AbuDawud dari Abu Hurairah, Sunan Abî Dâwud, 4/201, hadis nomor 4326)
Menurut Joesoef Souyb, salah satu hadits yang meriwayatkan kedatangan Dajjal diterima melalui Ka'ab al-Ahbâr yang mengatakan, "Aku akan mengirimmu kelak menghadapi ‘Dajjal si Juling’, dan engkau akan membunuhnya, lalu hidup di bumi sehabis itu selama dua puluh empat tahun dan Aku akan mematikanmu, seperti halnya orang yang hidup."
Penulisan hadits dengan isi pernyataan yang berbeda satu sama lainnya dan diceritakan melalui satu orang saja dalam satu jalur periwayatan (ahad) menyebabkan kedudukan hadits tersebut tidak termasuk mutawatir. Di samping itu, sangat besar kemungkinannya adanya kesengajaan penyusupan dongeng atau kisah-kisah, seperti dituliskan dalam kitab Injil Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Wahyu 19: 11-21, Wahyu 20: 4-6).
Perlu diingat bahwa dalam teologi dan liturgi (ketuhanan dan tata cara agama) Yahudi dan Nasrani sangat kental akan kepercayaan Mesiah dan Adventisme (harapan atau keyakinan akan turunnya Yesus ke bumi) untuk membasmi segala roh jahat dan mengajak umat manusia hanya percaya kepada Kristus.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment